Sabtu, 22 Januari 2011

BERKENALAN DENGAN METAFISIKA

Oleh: Anwar Ma’rufi

Menurut Aristoteles, Metafisika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang ‘keadalahan’ sesuatu (being qua being) dan ciri-ciri sejati (properties inherent) atas segala sesuatu (Aristoteles, Ta meta ta phyisika, Γ, 1003a). Metafisika membahas sesuatu yang sangat umum dan mendasar. Jika diterapkan dalam kajian manusia, maka yang dibahas adalah apa itu manusia, dari mana asalnya, siapa yang menciptakan, untuk apa manusia diciptakan dan apa saja yang membuatnya bahagia dan sedih. Begitu juga jika diterapkan dalam kajian alam, metafisika akan mempertanyakan apa itu alam, siapa yang menciptakan alam, untuk apa alam diciptakan dan. Jadi pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar inilah yang dikaji oleh metafisika.

Bagi Aristoteles, disiplin ilmu metafisika berbeda dengan cabang ilmu-ilmu lainnya yang hanya mempelajari bagian dari sifat sesuatu atau mempelajari karakteristik sesuatu yang bersifat aksidental (Aristoteles, Ta meta ta phyisika, Γ, 1003a). Ilmu-ilmu tersebut tidak mampu mengungkap substansi dari sesuatu yang menjadi hakikatnya. Sebagai contoh ilmu biologi, ia hanya mempelajari karakteristik makhluk hidup secara parsial yang belum tentu hasil temuannya dapat diterapkan ke dalam kasus makhluk hidup lainnya. Begitu juga ilmu fisika, ia hanya mempelajari hukum-hukum alam secara parsial yang belum tentu hasil temuannya dapat diterapkan terhadap kasus-kasus alam lainnya. Namun, karena keangkuhannya para ilmuwan modern, mereka berusaha menjadikan hukum-hukum parsial ini menjadi hukum umum yang mengatasi hakikat alam, mereka hanya memahami alam secara mekanik yang terdiri dari sebab dan akibat saja.
Lebih spesifik, Al-Kindi menyebutnya dengan nama filsafat awal (al-falsafah al-ula). Menurutnya ia adalah ilmu filsafat yang paling mulia, karena ia mempelajari ilmu tentang kebenaran awal yang menjadi sebab dari segala kebenaran. Al-Kindi juga menyebutnya sebagai ‘ilmu sebab pertama’ (al-’illah al-ula), alasannya karena semua cabang ilmu filsafat tercakup dalam disiplin ilmu ini. Karena dia adalah awal dari kemuliaan, awal dari segala jenis, awal dari segala tingkatan dan awal dari zaman karena dia adalah sebab adanya zaman (al-Kindi, al-Falsafah al-Ula, 98-101). Jadi jika seseorang menguasai ilmu filsafat awal ini, ia akan menguasai filsafat turunannya. Ia akan menjadi seorang yang mulia karena kemuliaan ilmunya itu. Dan akan menjadi seorang yang bijaksana terhadap segala sesuatu karena komprehensifnya ilmu itu.
Bedanya al-Kindi lebih menekankan pentingnya tujuan mengkaji filsafat, khususnya metafisika. Menurutnya ia memiliki dua tujuan yaitu; tujuan teoritis sekaligus tujuan praktis (al-Kindi, al-Falsafah al-Ula, 97). Yakni kegiatan untuk memperoleh kebenaran (ishabah al-haq) dan mengamalkan kebenaran itu (al-’amal bi al-haq), karena suatu ilmu berdimensi amal yang mengukuhkan iman.

Pengunjung