Oleh: Anwar Ma'rufi
Untuk membentengi keimanan umat Islam tentunya harus mengetahui siapa musuh semua manusia pada umumnya dan Islam pada khususnya. Mengenai musuh bersama (common enemy) ini, kita yakin betul, bagaimana kisah Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa mengisyaratkan. Ketika itu, Allah swt memerintahkan semua makhluk untuk bersujud kepada Adam a.s. Atas perintah-Nya ini, seluruh makhluk ciptaan Allah swt pun tunduk dan segera bersujud, kecuali satu; Iblis. (QS. Al Baqarah: 34) Pembangkangan Iblis ini kemudian menjadikan Allah swt murka dan memerintahkannya agar Iblis segera meninggalkan sorga. Sebelum pergi, Iblis berkata kepada Allah swt agar kaumnya diperkenankan untuk selalu mengganggu dan menghalangi manusia dari jalan kebenaran. Dan permintaan Iblis ini pun mendapat persetujuan dari Allah swt. (QS. Shad: 80-81)
Upaya pertama Iblis mengganggu manusia yakni dengan mengeluarkannya Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa dari sorga. Melalui konspirasinya, Iblis menyatakan kepada Adam dan Hawa yang tengah hidup berdua di sorga, bahwa ia adalah kawan dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Pada akhirnya, kisah Adam dan Hawa di sorga harus berakhir dan harus menerima takdirnya untuk hidup di bumi bersama Iblis sang konspirator ulung.
Dari pasangan nabi Adam dan Hawa ini, manusia beranak pinak, menyebar keseluruh bumi, menjelajah ke berbagai wilayah dan menyeberangi lautan untuk mencari penghidupan dan berbakti kepada Allah swt. Bersamaan dengan itu, konspirasi Iblis terhadap keturunan Adam terus digencarkan. Namrudz adalah raja pertama di bumi ini yang berhasil termakan oleh bujuk rayuan Iblis sehingga menyatakan dirinya sebagai Tuhan yang paling perkasa. Pada masanya, ritual penyembahan terhadap matahari merupakan salah satu ritual penting. Matahari dan api adalah symbol eksistensi Iblis.
Kemudian menyusul rezim Fir'aun di Mesir yang memiliki banyak kesamaan dengan Raja Namrudz. Fir'aun sendiri juga menyebut dirinya sebagai Raja Cahaya atau Tuhan. Di Amerika Latin terdapat Suku Inca dan Maya yang tengah berdiri Kuil Matahari. Di Persia terdapat ajaran Zoroaster yang menyembah api. Di Jepang ada 'agama Shinto' yang menyembah 'Dewa Matahari'. Dan hampir di setiap sudut bumi ini ada kepercayaan-kepercayaan serupa yang menuhankan Matahari atau yang sejenis yakni api atau cahaya. Inilah konspirasi Iblis.
Oleh karena kesyirikanya itulah, para nabi diutus untuk meluruskan keimanan manusia. Nabi Ibrahim a.s. di utus untuk meluruskan umatnya yang ditipu mentah-mentah oleh Raja Namrudz. Nabi Musa a.s. berupaya meluruskan Bani Israil dan membela mereka dari Fir'aun. Awalnya Bani Israil merupakan suatu kaum yang bertauhid. Namun secara perlahan mereka terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup di tengah-tengah mereka. Akibatnya, Bani Israil bersama Samiri lebih condong kepada kesesatan menyembah setan atau Iblis. Kitab Taurat pun dirubah agar sesuai dengan kemauannya. Ajaran-ajaran Nabi Musa a.s. yang lurus sudah banyak terkontaminasi oleh kaum pagan. Banyak pakar sejarah menyebutkan bahwa dari sinilah asal-muasal kaum Kabbalah.
Lambat tahun, konspirasi Iblis melalui kaum Kabbalah dalam rangka mewujudkan impiannya sudah terorganisir dengan baik. Awalnya mereka dikenal dengan ordo putih kemudian menjadi Biarawan Sion yang melahirkan Ksatria Templar. Ksatria Templar ini lah yang menjadi penyebab terjadinya perang salib. Setelah mengalami kekalahan dan karena beberapa hal, mereka berubah nama menjadi freemasonry.
Pada Abad pertengahan, kegiatan freemasonry dipusatkan pada kegiatan perekonomian. Pada masa itu, mereka memiliki kekuatan ekonomi yang kuat sehingga banyak para raja yang berutang kepada mereka untuk keperluan perang. Karena ulahnya, terjadilah beberapa peristiwa besar dunia. Di antaranya, Revolusi Perancis, Inggris, Amerika, Cina, Perang Dunia I dan II, dll. Pernah secara terang-terangan mereka menghadap Sultan Abdul Hamid II untuk menyerahkan tanah Palestina dengan tawaran pemulihan kas keuangan Turki Usmani. Gagal menjajah palestina, mereka yang kini dikenal dengan sebutan zionis, melancarkan konspirasinya yang berakhir dengan runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani di tangan pemuda Turki sendiri.
Dewasa ini, arah gerakan mereka adalah menciptakan Israel Rayal. Untuk mewujudkan misinya, mereka berupaya menggiring opini masyarakat dunia untuk mendukung aktif atau minimal tidak mempersoalkan keberadaan Israel di tanah Palestina. Selain itu, mereka ingin menjadikan masyarakat dunia menjadi masyarakat yang tidak peduli, acuh, dan teralienasi dari gerak perkembangan politik dan peristiwa-peristiwa besar dunia. Media propaganda yang kedua ini adalah dengan menyebarkan kebudayaan sampah yang sama sekali tidak bersinggungan dengan peradaban dunia yang selalu bergerak dinamis. Kebudayaan sampah ini diberi label yang begitu manis dengan selalu mengusung tema 'cinta'.
Islam dipandang sebagai ancaman potensial dalam mewujudkan Israel Raya. Oleh karenanya, berbagai daya upaya dilakukan untuk 'menjinakkan' dan melemahkan Islam. Salah satu program yang kini sedang dilakukan adalah dengan melakukan proyek liberalisasi Islam besar-besaran. Dalam buku Liberalisasi Islam di Indonesia, Adian Husaini mengutip tulisan David E. Kaplan tentang Amerika Serikat (baca : Zionis-Kristen) yang telah mengucurkan dana puluhan juta dollar dalam rangka kampanye untuk -bukan hanya mengubah masyarakat muslim- tetapi juga untuk mengubah Islam itu sendiri. Menurut Kaplan, gedung putih telah menyetujui strategi rahasia, yang untuk pertama kalinya AS memiliki kepentingan nasional untuk mempengaruhi apa yang terjadi di dalam Islam. Sekurang-kurangnya di 24 negara Muslim, AS secara diam-diam telah mendanai radio Islam, acara-acara TV, kursus-kursus di sekolah Islam, pusat-pusat kajian, workshop politik, dan program-program lain yang mempromosikan Islam moderat versi AS.
Di Indonesia, pada tahun 2003, setelah peristiwa runtuhnya WTC 11 September 2001, jaringan zionis internasional bersama kaum liberalis Indonesia, mendirikan yayasan LibForAll (liberation of All) dengan tujuan utama untuk menghancurkan pemahaman Islam 'Fundamentalis'. Padahal yang dimaksud dengan istilah 'Fundamentalis' adalah Islam yang kaffah dan syumuliyah, yaitu sesuatu yang memang diperintahkan oleh Allah swt.
Dengan dana yang sangat besar dan didukung penuh oleh kelompok Neo Konservatif Gedung Putih (Zionis-Kristen), gerakan ini tidak sekedar bergerak di tingkat wacana, namun juga sudah mulai bergerak pada dunia yang nyata seperti beasiswa pendidikan, penerbitan berbagai media, distribusi buku-buku pro-pluralisme, pertemuan internasional tokoh-tokoh liberal dunia, promosi budaya pop, kunjungan ke Tanah Palestina yang diduduki Zionis-Israel, dan sebagainya.
Bersama dengan lembaga nirlaba lainnya, Ford Foundation dan The Asia Foundation, menurut Adian Husaini, liberalisasi Islam di Indonesia bergerak melalui tiga bidang penting dalam ajaran Islam. Yaitu, pertama liberalisasi bidang akidah dengan penyebaran paham Pluralisme Agama. Paham ini, pada dasarnya menyatakan bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan yang sama. Atau agama adalah persepesi relative terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga karena -kerelativannya- maka setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya sendiri yang lebih benar atau lebih baik dari agama lain; atau mengklaim bahwa hanya agamanya sendiri yang benar.
Kedua liberalisasi bidang syariah dengan melakukan perubahan metodologi ijtihad. Inilah aspek liberalisasi yang menjadi pembahasan serius pengusungnya. Hukum-hukum Islam yang sudah qath'y dan pasti dibongkar dan dibuat hukum baru yang dianggap sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam aspek ini, liberalisasi syariat di Indonesia adalah dengan 'kontekstualisasi ijtihad'. Dan yang terakhir adalah liberalisasi konsep wahyu dengan melakukan dekonstruksi terhadap al-Quran. Hampir satu abad yang lalu, papar Adian Husaini, para orientalis bekerja keras untuk menunjukkan bahwa al-Quran adalah kitab yang bermasalah sebagaimana Bible. Mereka tidak pernah berhasil. Tapi, anehnya, kini, imbauan itu sudah diikuti oleh begitu banyak manusia dari kalangan Muslim sendiri, termasuk yang ada di Indonesia. Sesuai paham pluralisme agama, semua agama harus didudukkan pada posisi yang sejajar, sederajat, tidak boleh ada yang mengklaim lebih tinggi. Begitu juga dengan pemahaman tentang kitab suci. Tidak boleh ada kelompok agama yang mengklaim hanya kitabnya saja yang suci.
Demikian sejarah pergerakan konspirasi Iblis sejak zaman purba sampai zaman postmodern. Dengan mengetahui arah gerakan mereka dan bidang apa saja yang menjadi target utamanya, kita berupaya untuk menggagalkan atau minimal mencegah laporan Iblis kepada Allah SWT mengenai penyesatan manusia dari jalan kebenaran. Pemahaman yang mendalam akan musuh Islam yang nyata harus dibarengi dengan meningkatkan ilmu-ilmu keislaman yang benar sehingga iman umat Islam terbentengi dengan kokoh, disertai dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah swt. Wa Allah al-hadi ilaa shawwab.