Selasa, 22 September 2015
"Ngalap" Berkah di Bulan Ramadhan
Written by: Anwar Ma’rufi
اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.”
Menurut imam An-Nawawi dalam kitab al-Adzkar, doa yang termuat dalam hadits di atas memiliki sanad yang dho’if. Dikatakan dho’if karena ada dua orang rawi yang diragukan ke-tsiqah-annya oleh beberapa ahli hadits seperti Imam al-Bukhari, Ibnu Hajar, Abu Daud, an-Nasa’i dan lain-lain. Kedua perawi tersebut adalah Ziyad bin Abdullah An-Numairy dan Zaidah bin Abi Ar-Raaqod (Abdullah Zugail, Takhrij ad-Du’a Allahumma bariklana fi Rajaba…, dalam said.net).
Meskipun demikian, diperbolehkan bagi seorang muslim berdoa dengan hadits tersebut ketika memasuki bulan rajab. Sebagaimana perkataan para ulama bahwa diperbolehkan mengamalkan hadits dho’if dalam hal keutamaan amal/fadhail al-a’mal (Imam an-Nawawi, dalam Muqadimah al-Arba’in an-Nawawiyah).
Doa di atas mengisyaratkan betapa Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Karena begitu istimewanya, sejak bulan Rajab dan Sya’ban, Ramadhan selalu disebut-sebut dalam doa umat Islam dengan meminta keberkahan pada dua bulan sebelum Ramadhan. Tujuannya agar jiwa umat Islam lebih bersih dan tenang ketika menyambut bulan yang penuh dengan berkah, bulan Ramadhan.
Al-Barakah memiliki arti bertambah (az-ziyadah) dan tumbuhnya (an-nama’) segala bentuk kebaikan (al-khair) atau memiliki arti kebaikan yang berkesinambungan (Ibnu ‘Asyur, at-Tahrir wa at-Tanwir) Dan keberkahan itu semata-mata karena limpahan karunia Allah. Walau demikian, keberkahan akan dicapai oleh manusia ketika ada usaha yang pro-aktif antara Allah dan hambaNya. Manusia ber-ikhtiyar (memilih yang baik/khair dan terbaik) dan Allah swt yang memudahkan serta menurunkan berkah-Nya.
Untuk memperoleh keberkahan atau kebaikan (al-khair) yang berkesinambungan (dawam), seorang muslim juga dituntut untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi umat Islam. Kebaikan tersebut bisa berupa, kuatnya ekonomi umat Islam, majunya pendidikan umat Islam, serta jayanya peradaban umat Islam. Tidak hanya mengetahui, seorang muslim juga berkewajiban untuk mengamalkannya serta mengembangkan kebaikan tersebut. Karena ilmu bagi umat Islam berdimensi amal dan mengokohkan iman.
Bekal pengetahuan tadi merupakan niscaya bagi seorang muslim. Karena majunya peradaban Islam juga tergantung kualitas individu umat Islam. Dan membangun peradaban, sejatinya juga membentuk manusia-manusia yang berilmu pengetahuan alias manusia beradab (Hamid Fahmy Zarkasy, Ilmu Asas Pencerahan Peradaban).
Karenanya jauh sebelum Ramadhan tiba, semestinya umat Islam sudah banyak melakukan muhasabah untuk kebaikan umat Islam, menghidupkan kajian-kajian ilmiah pada bulan-bulan tersebut, dan dikokohkan dengan usaha pembersihan jiwa (tazkiyah an-nafs). Dan usaha tersebut makin intensif ketika memasuki bulan Ramadhan. Karena di bulan ini, semua amal shaleh akan mendapatkan balasan lebih banyak dan lebih baik serta barokah. Wallahu al-hadi ilaa ash-shawwab.